ISOM GHOIRU MUNSHORIF
oleh: Halimah
Isim ghoiru munshorif adalah : isim yang
tidak menerima tanwin atau kasroh. Contoh: ¸عطشانيعقوب .
Isim yang tidak menerima tanwin itu di
dalamnya ada dua ‘illat ari ‘illat yang Sembilan, atau satu ‘illat
yang menduduki tampat dua ‘illat. ‘illat yang smbilan itu ialah :
1. Jamak (shighot muntahal jumu’)
2. Wazan fi’il
3. ‘adl
4. Taknits
5. Ta’rif
6. Tarkib majzi
7. Zaidahalif dan nun
8. ‘ajam
9. Sifat
Persyaratan bagi ‘illat-‘illat
1. Jamak
Hendaknya jamak ber-shighat muntahal
jumu’, yang ber-shighat wazan مفاعل.
Contoh
: مساجد ,دراهم,
غنائم. Atau
berwazan مفاعيل. Contoh : مصابيح,
دنانير. ‘Illat ini diseutkan satu ‘illat yang
menduduki tempat dua ‘illat. Atau dengan kata lain, satu ‘illat bernilai dua
‘illat karena bentuknya jamak dan tidak ada bandingannya.
2. Wazan fi’il
Makna yang dimaksud ialah hendaknya isim
itu berwazankan khusus bagi fi’il, seperti lafadz شمّر denga memakai tasydid pada
huruf mimnya, atau lafadz ضُرب
dengan mabni lilmaful (bentuk pasif), atau lafadz انطلق
dan lafadz yang serupa dengannya dari fi’il-fi’il madli yang dimulai dengan hamzah
washol apabila lafadz-lafadz itu dipakai nama sesuatu. Atau hendaknya isim
itu pada permulaannya ada huruf ziyadah seperti halnya tambahan fi’il,
yaitu bersekutu dengan fi’il dalam hal wazannya, seperti lafadz احمد ,يزيد, تغلب danنرجس.
3. ‘adl
Yaitu isim yang berubah dari bentuk
asalnya,adakalanya berubah secara sesungguhnya (tahqiq),seperti lafadz :
احاد موحد (asalnya واحد )
ثناء مثنى (asalnya اثنين)
Demikianlah sampai bilangan sepuluh. Sesunguhnya
contoh-contoh tersebut di-ma’dulkan dari lafadz-lafadz bilangan asal yang
diulang-ulang. Adakalanya berubah secara
perkiraan (taqdiri), seperti nama-nama yang berwazanفُعل seperti lafadz عُمر. Sesungguhnya contoh-contoh
tersebut ketika terdengar dilarang memakai tanwin, sedangkan tiada ‘illat yang
tampak selain dipakai nama. Mereka (ahli nahwu) memperkirakan adanya ‘adl, dan
sesungguhnya lafadz-lafadz tersebut merupakan ‘adl (perubahan) dari lafadz عامر.
4. Ta’nits
Ta’nits terbagi atas tiga bagian yaitu :
a) Ta’nits dengan menggunakan alif dapat mencegah tanwin secara mutlak
(baik dalam keadaan nakirah, ma’rifat, mufrod, jamak, isim maupun sifat), sama
saja apakah alif maqshurah, seperti lafadz : حبلى مرضىatau alif mamdudah, seperti lafadz :
حمراء زكرياء.
Alif ta’nits ini adalah ,’illat yang ke-dua dari dua ‘illat
yang masing-masing dapat mencegah tanwin sendiri dan menduduki tempat
dua ‘illat.
b) Ta’nits dengan menggunakan ta dapat mencegah tanwin bila diertai ‘alamiyah
(dijadikan nama), baik nama bagi mudzakar, seperti lafadz طلحة
atau nama bagi muannats, seperti lafadz فاطمة .
c) Ta’nits maknawi ialah seperti ta’nits dengan memakai ta, yakni tidak
menerima tanwin beserta ‘alamiyah, tetapi dengan syarat isim itu melebihi tiga
huruf, seperti lafadz سعاد atau tiga
huruf yang ditengahnya berharakat, seperti lafadz سقر atau huruf ditengahnya di sukun secara ‘ajam, seperti
lafadz جوْر.
Atau di-manqulkan (dipindahkan) dari lafadz-lafadz mudzakar ke lafadz muannats,
sebagaimana halnya bila seorang perempuan diberi nama zaid. Apabila tidak
terdapat sesuatupun dari syarat-syarat tersebut, seperti lafadz dan boleh
ditanwinkan (sebab dianggap ringan mengucapkannya) dan boleh tidak ditanwinkan
(karena memandang kepada dua sebab, yaitu ‘alamiyah dab ta’nits), tetapi tidak
ditanwinkan adalah lebih baik.
5. Ta’rif
Makna yang dimaksud ialah ‘alamiyah.
Ta’rif dapat mencegah tanwin beserta wazan fi’il, atau
beserta ‘adl , atau beserta ta’nits sebagaimana telah
dikemukakan. (contoh ‘alamiyah beserta wazan fi’il, seperti
lafadz احمد يحيى
beserta ‘adl, seperti lafadz عُمر dan beserta ta’nits,
seperti lafadz طلحة
). Atau beserta tarkib mazji, seperti lafadz بعلبك atau beserta alif dan nun,
seperti lafadz عُثمان, atau bersrta nama ‘ajam,
seperti lafadz ابراهيم .
6. Tarkib
Makna yang dimaksudkan ialah tarkib
mazji (dua lafadz disatukan) diakhiri dengan lafadz selain lafadz waih,
seperti lafadz بعلبك dan حضرموتَ. tarkib mazji ini
tidak mencegah tanwin kecuali disertai ‘alamiyah.
7. Alif dan nun zaidah
Keduanya dapat mencegah tanwin
beserta alamiyah, seperti lafadz عمران dan عثمان juga beserta sifat dengan syarat hendaknya
tidak menerima ta ta’nits, seperti lafadz سكران .
8. Ujmah
Makna yang dimaksud ialah hendaknya kalimat
yang digunakan itu berasal dari makna ‘ajam (asing), seperti lafadz semua nama
nabi adalah nama ‘ajam, kecuali empat orang nabi, yaitu :
Disyaratkan keberadaan ‘ujmah itu hendaknya
:
a) Keadaan isim itu ‘alamiyah (sering dipakai nama) dalam
bahasa ‘ajam, karena itu, lafadz لجام dan yang serupa dengannya
harus ditanwinkan (sebab lafadz lijam itu isim jinis yang
sering dipakaioleh orang ‘ajam, padahal lafadz tersebut dari bahasa
arab).
b) Keadaan isim itu melebihi tiga huruf. Karena itu, lafadz نوح dan لوط harus ditanwinkan
(sebab hanya tiga huruf).
9. Washfiyyah
Washfiyyah dapat mencegah tanwin beserta tiga ‘illat,
yaitu :
a) Bila beserta ‘adl, sebagaimana yang telah dikemukakan pada lafadz
مثنى danثلاث
b) Bila beserta alif dan nun zaidah (tambahan), dengan syarat
hendaknya sifat itu berwazanفَعلان dengan memakai harakat fathah diatas
huruf fa dan keberadaan muannatsnya tidak berwazanفعلانة seperti lafadzسكران karena muannatsnyaسكرى dan seperti lafadzندمانٌ menerima tanwin, karena muannatsnyaندمانةٌ apabila berasal dari lafadz منادمةٌ
c) Bila beserta wazan fi’il, dengan syarat hendaknya sifat berwazanافْعل dan muannatsnya tidak memakai ta,
seperti lafadzأحمر karena sesungguhnya muannatsnya حمراءsedangkan lafadz أرملٌ adalah munshorif (menerima tanwin),
sebab muannastnya أرملةٌ
Diperbolehkan menanwinkan lafadz ghoiru munshorif demi
penyesuaian sususnan kalimatnya, seperti dalam qiraat nafi’ lafadz سلاسلاً dan
قواريرًا
atau karena darurat syiir. (seharusnya lafadz tersebut berbu nyiقواريرَ danسلاسلَ ).
Muhammad arra’ini,
syamsuddin.Agustus 2015. Terjemahan mutammimah jurumiya, Bandung: sinar
batu algensindo.
Huruf ‘athaf
Huruf ‘athaf itu ada sepuuh :
1.
Wawu (و)
Makna wawu menunjukkan
muthlaqul jami’, seperti :
جاء زيد و عمرو =
telah dating zaid dan ‘amr.
dengan kata lain, kedatangan zaid barangkali
sebelum ‘amr atau bersamaan atau sesudahnya.
2.
Fa ( ف)
Makna fa
menunjukkan makna tarkib dan ta’qib (urutan dan penyusulan),
seperti firman Allah Swt : اماته فاقبره = dia
mematikan dan memasukkannya dalam kubur.
3.
Tsumma ( ثم)
Tsumma menunjukkan makna tarkib
dan tarakhi, seperti firman Allah Swt :
ثم إذا شاءانشره = kemudian
bila ia menghendaki, ia membangkitkannya kembali.
4.
Hatta ( حتى)
Pemakaian hatta
untuk ‘athaf jarang terjadi, dan disyaratkan padanya hendaknya ma’thuf bihaa merupakan isim dzhahir, dan
hendaknya merupakan merupakan ma’thuf ‘alaih serta merupakan ghayah
(kesudahan) darinya, misalnya :
اكلت السمكةَ حتى
رأسَها = saya memakan ikan hingga kepalanya.
dengan dibaca nashab pada raa-sahaa-nya. Tetapi boleh juga di
baca jar dengan anggapan sebagai huruf jar.
5.
Am ( أمْ)
Am menunjukkan makna
thalabut ta’yin (menuntut atau mencari ketentuan) jika jatuh sesudah hamzah
yang memasuki salah satu diantara dua lafadz yang sederajat, misalnya : أزيد عندك امْ عمرو =
apakah zaid berada disisimu ataukah ‘amr.
6.
Au (أو)
Au menunjukkan makna
takhyir (pilihan) atau ibahah setelah thalab (perbolehan
setelah perintah) misalnya : تزوج هندا أو أختها = kawinilah hindun atau saudaranya.
atau menunjukkan makna
syak (ragu), atau ibham (pengaburan), atau tafdhil, bila
ia jatuh sesudah khabar (kalimat berita, bukan perintah), seperti firman
Allah Swt :
لبثْنا يوما أو بعض يوم
= kita berada di sini
sehari atau setengah hari.
7.
Imma ( إما)
Imma dengan hamzah
yang di-kasrah-kan, maka maknanya sama dengan au bila jatuh
sesudah khabar atau perintah, seperti : تزوج إماهندا وإما أختَها =
kawinilah hindun atau saudaranya.
Sedangkan
contoh-contoh lainnya sudah jelas. Suatau pendapat mengatakan bahwa
sesungguhnya ‘athaf itu hanyalah memakai wawu, dan bahwa imma
adalah huruf tafshil seperti makna yang pertama tadi, yaitu huruf tafshil
(rincian).
8.
Bal ( بل)
Bal untuk menunjukkan
makna idhrob menurut ghalibnya, seperti :
قام زيد بل عمرو = telah berdiri zaid
bahkan ‘amr.
9.
Laakin (لكن)
Laakin untuk menunjukkan
makna istidrak (susulan), seperti :
ما مررت برجل صالح لكن
طالح = aku tidak bersua dengan laki-laki shaleh, tetapi
laki-laki yang fasik
10. Laa ( لا)
Huruf laa untuk
me-nafi-kan hukum lafadz yang sesudahnya, seperti :
جاء زيد لا عمرو =
telah dating zaid bukan ‘amr.
Muhammad arra’ini,
syamsuddin.Agustus 2015. Terjemahan mutammimah jurumiya, Bandung: sinar
batu algensindo.
Huruf jar
Huruf bermakna yang beramal terhadap isim yang
mengikutinya secara langsung, lalu menarik isim tersebut kepada muta’aliqnya
(kata yang berkaitan dengan huruf jar) dan menimbulkan I’rab yang bertanda
kasrah atau tanda lain yang menggantikannya. Huruf jar ada 19 dan terbagi
menjadi tiga bagian, yaitu :
1. Huruf yang memajrurkan isim dzhahir dan dlomir.
·
إلى (ke, hingga, sampai), contoh
: أذهب إلى المدرسة
= aku pergi ke sekolah pagi hari
درست
إلى المساء = aku belajar hingga sore
·
الباء (dengan, karena), contoh : ضربته
بالعصى =
aku telah memukul dengan tongkat
مات الرجل بالجوع = lk itu meninggal karena lapar
·
حاشا (kecuali, selain), contoh :كذب القوم حاشا زيدٍ = kaum itu berbohong kecuali zaid
·
خلا (kecuali, selain), contoh : جاء القوم خلا زيدٍ = kaum itu dating selain zaid
·
عدا (kecuali, selain), contoh : عدا زيدٍ جاء القوم = kaum itu
dating selain zaid
·
على (di atas), contoh :الكتاب على المكتب = kitab itu di atas meja
·
عن (dari), contoh : عرفت عن المسافر = aku tau berbagai berita dari
si musafir
·
فى (dalam, di dalam), contoh :رأيت الطلابَ فى الفصل = aku melihat para siswa dalam kelas
·
اللام (untuk, milik), contoh : ذهبت للدراسة = aku pergi untuk belajar
هذاالكتاب لزيد = kitab ini milik zaid
·
مِن (dari), contoh : خرج الطلاب من الفصل = siswa itu keluar dari kelas
2. Huruf jar yang hanya memajrurkan isim dzhohir.
·
التاء (demi), contoh : لاأفعلن ذالكتاالله = demi Allah saya pasti melakukan hal itu
·
حتى (hingga, beserta), contoh : أكلت السمكة حتى رأسها = aku makan ikan hingga kepalanya.
·
رُبّ (sedikit, banyak), contoh : رُبّ لحدٍ قد صار لحدا مرارا =
sedikit/banyak liang yang menjadi liang berkali-kali.
·
الكاف (seperti, bagaikan), contoh :زيد كالأسد = zaid
bagaikan macan
·
مذ منذ (sejak), contoh :سرت منذ غروب الشمس = aku telah berjalan sejak
matahari terbenam.
·
الواو (sedikit, demi), contoh :والله لا أقومن مقامك = demi Allah saya pasti mewakilimu.
3. Huruf yang memajrurkan isim dlomir saja.
Rahman, kaserun AS, Mufid, nur, 2010. Kamus modern Arab-Indonesia
Al-kamal, Surabaya: pustaka progressif.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar