Jumat, 13 Mei 2016

Isim Ghairu Munsharif, Huruf Jar, Huruf ‘Athof




      ISOM GHOIRU MUNSHORIF 
                      oleh: Halimah

        Isim ghoiru munshorif adalah : isim yang tidak menerima tanwin atau kasroh. Contoh: ¸عطشانيعقوب  .
Isim yang tidak menerima tanwin itu di dalamnya ada dua ‘illat ari ‘illat yang Sembilan, atau satu ‘illat yang menduduki tampat dua ‘illat. ‘illat yang smbilan itu ialah :
1.      Jamak (shighot muntahal jumu’)
2.      Wazan fi’il
3.      ‘adl
4.      Taknits
5.      Ta’rif
6.      Tarkib majzi
7.      Zaidahalif dan nun
8.      ‘ajam
9.      Sifat
Persyaratan bagi ‘illat-‘illat
1.      Jamak
Hendaknya jamak ber-shighat muntahal jumu’, yang ber-shighat wazan مفاعل.
 Contoh : مساجد ,دراهم, غنائم. Atau berwazan مفاعيل. Contoh : مصابيح, دنانير.  ‘Illat ini diseutkan satu ‘illat yang menduduki tempat dua ‘illat. Atau dengan kata lain, satu ‘illat bernilai dua ‘illat karena bentuknya jamak dan tidak ada bandingannya.
2.      Wazan fi’il
Makna yang dimaksud ialah hendaknya isim itu berwazankan khusus bagi fi’il, seperti lafadz شمّر denga memakai tasydid pada huruf mimnya, atau lafadz ضُرب dengan mabni lilmaful (bentuk pasif), atau lafadz انطلق dan lafadz yang serupa dengannya dari fi’il-fi’il madli yang dimulai dengan hamzah washol apabila lafadz-lafadz itu dipakai nama sesuatu. Atau hendaknya isim itu pada permulaannya ada huruf ziyadah seperti halnya tambahan fi’il, yaitu bersekutu dengan fi’il dalam hal wazannya, seperti lafadz احمد ,يزيد, تغلب danنرجس.
3.      ‘adl
Yaitu isim yang berubah dari bentuk asalnya,adakalanya berubah secara sesungguhnya (tahqiq),seperti lafadz :
احاد موحد (asalnya واحد )
ثناء مثنى (asalnya  اثنين)
Demikianlah sampai bilangan sepuluh. Sesunguhnya contoh-contoh tersebut di-ma’dulkan dari lafadz-lafadz bilangan asal yang diulang-ulang.  Adakalanya berubah secara perkiraan (taqdiri), seperti nama-nama yang berwazanفُعل  seperti lafadz   عُمر. Sesungguhnya contoh-contoh tersebut ketika terdengar dilarang memakai tanwin, sedangkan tiada ‘illat yang tampak selain dipakai nama. Mereka (ahli nahwu) memperkirakan adanya ‘adl, dan sesungguhnya lafadz-lafadz tersebut merupakan ‘adl (perubahan) dari lafadz عامر.
4.      Ta’nits
Ta’nits terbagi atas tiga bagian yaitu :
a)      Ta’nits dengan menggunakan alif dapat mencegah tanwin secara mutlak (baik dalam keadaan nakirah, ma’rifat, mufrod, jamak, isim maupun sifat), sama saja apakah alif maqshurah, seperti lafadz : حبلى  مرضىatau alif mamdudah, seperti lafadz  : حمراء زكرياء. Alif ta’nits ini adalah ,’illat yang ke-dua dari dua ‘illat yang masing-masing dapat mencegah tanwin sendiri dan menduduki tempat dua ‘illat.
b)      Ta’nits dengan menggunakan ta dapat mencegah tanwin bila diertai ‘alamiyah (dijadikan nama), baik nama bagi mudzakar, seperti lafadz طلحة atau nama bagi muannats, seperti lafadz فاطمة .
c)      Ta’nits maknawi ialah seperti ta’nits dengan memakai ta, yakni tidak menerima tanwin beserta ‘alamiyah, tetapi dengan syarat isim itu melebihi tiga huruf, seperti lafadz سعاد atau tiga huruf yang ditengahnya berharakat, seperti lafadz سقر  atau huruf ditengahnya di sukun secara ‘ajam, seperti lafadz جوْر. Atau di-manqulkan (dipindahkan) dari lafadz-lafadz mudzakar ke lafadz muannats, sebagaimana halnya bila seorang perempuan diberi nama zaid. Apabila tidak terdapat sesuatupun dari syarat-syarat tersebut, seperti lafadz dan boleh ditanwinkan (sebab dianggap ringan mengucapkannya) dan boleh tidak ditanwinkan (karena memandang kepada dua sebab, yaitu ‘alamiyah dab ta’nits), tetapi tidak ditanwinkan adalah lebih baik.
5.      Ta’rif
Makna yang dimaksud ialah ‘alamiyah. Ta’rif dapat mencegah tanwin beserta wazan fi’il, atau beserta ‘adl , atau beserta ta’nits sebagaimana telah dikemukakan. (contoh ‘alamiyah beserta wazan fi’il, seperti lafadz احمد يحيى beserta ‘adl, seperti lafadz عُمر dan beserta ta’nits, seperti lafadz طلحة ). Atau beserta tarkib mazji, seperti lafadz بعلبك atau beserta alif dan nun, seperti lafadz  عُثمان, atau bersrta nama ‘ajam, seperti lafadz ابراهيم .
6.      Tarkib
Makna yang dimaksudkan ialah tarkib mazji (dua lafadz disatukan) diakhiri dengan lafadz selain lafadz waih, seperti lafadz بعلبك dan حضرموتَ. tarkib mazji ini tidak mencegah tanwin kecuali disertai ‘alamiyah.
7.      Alif dan nun zaidah
Keduanya dapat mencegah tanwin beserta alamiyah, seperti lafadz عمران dan عثمان  juga beserta sifat dengan syarat hendaknya tidak menerima ta ta’nits, seperti lafadz سكران .
8.      Ujmah
Makna yang dimaksud ialah hendaknya kalimat yang digunakan itu berasal dari makna ‘ajam (asing), seperti lafadz semua nama nabi adalah nama ‘ajam, kecuali empat orang nabi, yaitu :
Disyaratkan keberadaan ‘ujmah itu hendaknya :
a)      Keadaan isim itu ‘alamiyah (sering dipakai nama) dalam bahasa ‘ajam, karena itu, lafadz لجام dan yang serupa dengannya harus ditanwinkan (sebab lafadz lijam itu isim jinis yang sering dipakaioleh orang ‘ajam, padahal lafadz tersebut dari bahasa arab).
b)      Keadaan isim itu melebihi tiga huruf. Karena itu, lafadz نوح dan لوط harus ditanwinkan (sebab hanya tiga huruf).
9.      Washfiyyah
Washfiyyah dapat mencegah tanwin beserta tiga ‘illat, yaitu :
a)      Bila beserta ‘adl, sebagaimana yang telah dikemukakan pada lafadz مثنى danثلاث  
b)      Bila beserta alif dan nun zaidah (tambahan), dengan syarat hendaknya sifat itu berwazanفَعلان  dengan memakai harakat fathah diatas huruf fa dan keberadaan muannatsnya tidak berwazanفعلانة  seperti lafadzسكران  karena muannatsnyaسكرى dan seperti lafadzندمانٌ  menerima tanwin, karena muannatsnyaندمانةٌ  apabila berasal dari lafadz منادمةٌ
c)      Bila beserta wazan fi’il, dengan syarat hendaknya sifat berwazanافْعل  dan muannatsnya tidak memakai ta, seperti lafadzأحمر  karena sesungguhnya muannatsnya حمراءsedangkan lafadz أرملٌ  adalah munshorif (menerima tanwin), sebab muannastnya  أرملةٌ  
Diperbolehkan menanwinkan lafadz ghoiru munshorif demi penyesuaian sususnan kalimatnya, seperti dalam qiraat nafi’ lafadz سلاسلاً  dan قواريرًا atau karena darurat syiir. (seharusnya lafadz tersebut berbu nyiقواريرَ  danسلاسلَ  ).

                                                           
Muhammad arra’ini, syamsuddin.Agustus 2015. Terjemahan mutammimah jurumiya, Bandung: sinar batu algensindo.



Huruf ‘athaf

            Huruf ‘athaf itu ada sepuuh :
1.      Wawu (و)
Makna wawu menunjukkan muthlaqul jami’, seperti :
جاء زيد و عمرو = telah dating zaid dan ‘amr.
 dengan kata lain, kedatangan zaid barangkali sebelum ‘amr atau bersamaan atau sesudahnya.
2.      Fa ( ف)
Makna fa menunjukkan makna tarkib dan ta’qib (urutan dan penyusulan), seperti firman Allah Swt : اماته فاقبره = dia mematikan dan memasukkannya dalam kubur.
3.      Tsumma ( ثم)
Tsumma menunjukkan makna tarkib dan tarakhi, seperti firman Allah Swt :
ثم إذا شاءانشره = kemudian bila ia menghendaki, ia membangkitkannya kembali.
4.      Hatta ( حتى)
Pemakaian hatta untuk ‘athaf jarang terjadi, dan disyaratkan padanya hendaknya ma’thuf  bihaa merupakan isim dzhahir, dan hendaknya merupakan merupakan ma’thuf ‘alaih serta merupakan ghayah (kesudahan) darinya, misalnya :
 اكلت السمكةَ حتى رأسَها = saya memakan ikan hingga kepalanya.
 dengan dibaca nashab pada  raa-sahaa-nya. Tetapi boleh juga di baca jar dengan anggapan sebagai huruf jar.
5.      Am ( أمْ)
Am menunjukkan makna thalabut ta’yin (menuntut atau mencari ketentuan) jika jatuh sesudah hamzah yang memasuki salah satu diantara dua lafadz yang sederajat, misalnya : أزيد عندك امْ عمرو = apakah zaid berada disisimu ataukah ‘amr.
6.      Au (أو)
Au menunjukkan makna takhyir (pilihan) atau ibahah setelah thalab (perbolehan setelah perintah) misalnya : تزوج هندا أو أختها  = kawinilah hindun atau saudaranya.
atau menunjukkan makna syak (ragu), atau ibham (pengaburan), atau tafdhil, bila ia jatuh sesudah khabar (kalimat berita, bukan perintah), seperti firman Allah Swt :
 لبثْنا يوما أو بعض يوم  = kita berada di sini sehari atau setengah hari.
7.      Imma ( إما)
Imma dengan hamzah yang di-kasrah-kan, maka maknanya sama dengan au bila jatuh sesudah khabar atau perintah, seperti : تزوج إماهندا وإما أختَها = kawinilah hindun atau saudaranya.
Sedangkan contoh-contoh lainnya sudah jelas. Suatau pendapat mengatakan bahwa sesungguhnya ‘athaf itu hanyalah memakai wawu, dan bahwa imma adalah huruf tafshil seperti makna yang pertama tadi, yaitu huruf tafshil (rincian).
8.      Bal ( بل)
Bal untuk menunjukkan makna idhrob menurut ghalibnya, seperti :
قام زيد بل عمرو = telah berdiri zaid bahkan ‘amr.


9.      Laakin (لكن)
Laakin untuk menunjukkan makna istidrak (susulan), seperti :
ما مررت برجل صالح لكن طالح = aku tidak bersua dengan laki-laki shaleh, tetapi laki-laki     yang fasik    
10.  Laa ( لا)
Huruf laa untuk me-nafi-kan hukum lafadz yang sesudahnya, seperti :
جاء زيد لا عمرو = telah dating zaid bukan ‘amr.

Muhammad arra’ini, syamsuddin.Agustus 2015. Terjemahan mutammimah jurumiya, Bandung: sinar batu algensindo.

Huruf jar

            Huruf  bermakna yang beramal terhadap isim yang mengikutinya secara langsung, lalu menarik isim tersebut kepada muta’aliqnya (kata yang berkaitan dengan huruf jar) dan menimbulkan I’rab yang bertanda kasrah atau tanda lain yang menggantikannya. Huruf jar ada 19 dan terbagi menjadi tiga bagian, yaitu :
1.      Huruf yang memajrurkan isim dzhahir dan dlomir.
·         إلى (ke, hingga, sampai), contoh : أذهب إلى المدرسة = aku pergi ke sekolah pagi  hari
                                    درست إلى المساء                   = aku belajar hingga sore
·         الباء (dengan, karena), contoh : ضربته بالعصى = aku telah memukul dengan tongkat
مات الرجل بالجوع                                              = lk itu meninggal karena lapar
·         حاشا (kecuali, selain), contoh :كذب القوم حاشا زيدٍ  = kaum itu berbohong kecuali zaid
·         خلا (kecuali, selain), contoh : جاء القوم خلا زيدٍ  = kaum itu dating selain zaid
·         عدا (kecuali, selain), contoh : عدا زيدٍ  جاء القوم = kaum itu dating selain zaid
·         على (di atas), contoh :الكتاب على المكتب  = kitab itu di atas meja
·         عن (dari), contoh : عرفت عن المسافر = aku tau berbagai berita dari si musafir
·         فى (dalam, di dalam), contoh :رأيت الطلابَ فى الفصل  = aku melihat para siswa dalam kelas
·         اللام (untuk, milik), contoh : ذهبت للدراسة  = aku pergi untuk belajar
هذاالكتاب لزيد                                               = kitab ini milik zaid
·         مِن (dari), contoh : خرج الطلاب من الفصل  = siswa itu keluar dari kelas
2.      Huruf jar yang hanya memajrurkan isim dzhohir.
·         التاء (demi), contoh : لاأفعلن ذالكتاالله = demi Allah saya pasti melakukan hal itu
·         حتى (hingga, beserta), contoh : أكلت السمكة حتى رأسها  = aku makan ikan hingga kepalanya.
·         رُبّ (sedikit, banyak), contoh :  رُبّ لحدٍ قد صار لحدا مرارا = sedikit/banyak liang yang menjadi liang berkali-kali.
·         الكاف (seperti, bagaikan), contoh :زيد كالأسد  =  zaid bagaikan macan
·         مذ منذ (sejak), contoh :سرت منذ غروب الشمس = aku telah berjalan sejak matahari terbenam.
·         الواو (sedikit, demi), contoh :والله لا أقومن مقامك  = demi Allah saya pasti mewakilimu.
3.      Huruf yang memajrurkan isim dlomir saja.
Rahman, kaserun AS, Mufid, nur, 2010. Kamus modern Arab-Indonesia Al-kamal, Surabaya: pustaka progressif.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar