إِنَّ وَأَخْوَاتُهَا
1. Pengertian
إِنَّ
وَأَخْوَاتُهَا
salah satu dari ‘amil nawasikh ( yang merusak susunan mubtada’khobar ) yang
memiliki pengamalan menashobkan mubtada’ yang selanjutnya menjadi isimnya dan
merofa’kan khobar. Contoh : إِنَّ
زَيْدًا عَالِمٌ
asalnya زَيْدٌ عَالِمٌ
2. Makna إِنَّdan saudaranya
a. Lafadz إِنَّ dan
أنَّ
Kedua lafadz ini bermakna taukid yaitu menguatkan
nisbatnya isim pada khobarnya,
Seperti : إِنَّ
زَيْدًا مُجٍتَهِدٌ Sesungguhnya zaid orang yang bersungguh-sungguh
بأنَّ زَيْدًأ مُسْتَقِيْمٌ Disebabkan sesungguhnya zaid orang yang
istiqomah
b. Lafadz لَيْتَ
Maknanya tamanni yaitu mengharapkan sesuatu yang tidak
mungkin terjadi dan sesuatu yang sulit terjadi. Seperti: لَيْتَ الشَّبَابَ يَعُوْدُ يَومًا Semoga sifat muda kembali disuatu hari
لَيْتَ لِيْ قِنْطَارًامِنَ الذّهَبِ Semoga saya memiliki satu kantong emas
c. Lafadz لَعَلَّ
Memiliki dua makna ,yaitu :
·
Tarojji yaitu mengharapkan perkara yang disenangi.
Contoh : لَعَلَّ الْحَبِيْبَ
قَادِمٌ Semoga sang kekasih datang
·
Isyfaq yaitu mengharapkan
perkara yang dibenci. Contoh : لَعَلَّ
زَيْدًا هَالِكٌ Semoga zaid mati
d. Lafadz كَأَنَّ
Maknanya tasybih yaitu menyerupakan sesuatu dengan
sesuatu yang lain dalam segi maknanya.
Contoh : كَأَنَّ زَيدًا أَسَدٌ
Sesungguhnya Zaid seperti singa (dalam keberaniannya).
e. Lafadz لَكِنَّ
Bermakna istidrok, yaitu mendampingi (dengan suatu lafadz) untuk menghilangkan
perkara yang disangka tetap atau disangka tidak ada. Contoh:
·
لَكِنَّهُ غَيْرُصَالِحٍ زَيْدٌ يَقُوْمُ
الَّيْلَ Zaid orang yang melakukan sholat, tetapi
dia baik akhlaknya
·
زَيْدٌ جَاهِلٌ لَكِنَّهُ صَالِحٍ
Zaid orang yang bodoh, tetapi ia baik akhlaknya
3. Wajib membaca hamzah dengan harokat tertentu
a. Wajib membaca fathah pada hamzah ketika إِنَّ dan lafadz setelahnya bisa ditakdir
menjadi masdar seperti pada tempat-tempat berikut :
1. Menjadi fa’il
Contoh : يُعْجِبُنِيْ أَنَّكَ
قَائِمٌ Mengagumkanku, sesungguhnya kamu
orang yang berdiri, takdirnya يُعْجِبُنِيْ
قِيَامُكَ
2. Menjadi na’ibul maf’ul
Contoh : قُلْ أَوْحِيَ أَنَّهُ اسْتِمَعَ
نَفَرٌمِنَ الْجِنِّ Katakanlah,
telah diwahyukan padaku, bahwasannya sekelompok jin telah mendengarkan,
takdirnya “Wallohu a’lam”
قُلْ أَوْحِيَ أَنَّهُ
اسْتِمَاعَ نَفَرٌمِنَ الْجِنِ
3. Menjadi maf’ul
Contoh : وَلَا تَخَافُوْنَ أَنَّكُمْ
اَشْرَكْتُمْ Kalian
tidak takut padaku, bahwasannya sesungguhnya kalian menyekutukanku,
takdirnya
وَلَا تَخَافُوْنَ أَنَّكُمْ اِشْرا:كَكُمْ
4. Menjadi mubtada’
Contoh : وَمِنْ آيَاتِهِ أَنّكَ تَرَى الأَرْضَ خَاشِعَةً Sebagian dari tanda kekuasaan Allah yaitu
sesungguhnya kamu melihat bumi yang
tenang/kering. Takdirnya yaitu وَمِنْ آيَاتِهِ
أَنّكَ رُؤْيَتُكَ الأَرْضَ خَاشِعَةً
5. Dijarkan dengan huruf
Contoh : ذَلِكَ بِأَنَّ اللّه
هُوَالْحَقُّ Menghidupkan
dan mematikan makhluk itu disebabkan sesungguhnya Allah dzat yang haq.
Takdirnya ذَلِكَ بِكَوْنِ اللّه هُوَالْحَقُّ
6. Dijarkan sebab idhofah
Contoh : مِثْلَ مَا أَنَّكُمْ
تَنْطِقُوْنَ Takdirnya مِثْلَ كَوْ ِنكُمْ تَنْطِقُوْنَ
7. Menjadi khobar daari isim maknaa selainnya lafadz yang musytaq dari
masdar qoul
Contoh : اِعْتِقَادِي كَوْنُكَ
فَاضِلٌ Keyakinanku adalah
sesungguhnya kamu orang yang utama. Takdirnya اِعْتِقَادِي
كَوْنُكَ فَاضِلٌ
8. Menjadi ma’thuf
Contoh : اُذْكُرُوْا نِعْمَتِي
الَّتِي أَنْعَمْتَ عَلَيْكُمْ وَأَنِّي فَضَّلْتُكُمْ Takdirnya وَكَوْنِي
فَضَّلْتُكُمْ
9. Menjadi mubdal minhu
Contoh : وَإَذْ يَعِدُ كُمُ الله
احْدَى الطَّائِفَتَيْنِ أَنَّهَا لَكُمْ . Takdirnya كَوْنُهَا لَكُمْ
b. Wajib kasroh pada hamzah jika tempatnya tidak
bisa ditakdirkan dengan masdar, yaitu bertempat pada :
1. Permulaan kalam ( ibtida’)
Contoh : إِنَّا فَتَحْنَا لَكَ
فَتْحًا مُبِيْنًأ
2. Permulaan shilah
Contoh : أَخَافَ الَّذِي إِنَّهُ
شَدِيْدُ االْعِذَابِ Saya
takut pada dzat, yang sesungguhnya ia sangat pedih.
3. Menjadi jawabnya sumpah, yang khobarnya
terdapat dalam lam ibtida’
Contoh : وَالْعَصْرِ إِنَّ الإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ Demi masa, sesungguhnya manusia itu berada dalam
kerugian.
4. Jumlah yang diceritakan dari lafadz yang
musytaq dari masdar قَوْلٌ
Contoh : قَالَ إِ نِّي
عَبْدُالله Nabi Isa berkata : “
Sesungguhnya saya adalah hambanya Allah”.
5. Menjadi hal
زُرْتُهُ وَإِنِّي ذُو ْأَمَلٍ
Aku berkunjung padanya, bersamaan sesungguhnya saya memiliki hayalan.
6. Setelah Af’alul qulub
Contoh : إَعْلَمْ إَنَّهُ لَذُوْ
تُقَى Yakinilah !
Sesungguhnya dia orang yang takwa.
c. Boleh kasroh boleh fathah
1. Setelah إِذَا
فُجَئِيَّة
Contoh : خَرَجْتُ فَإِذَا إَنَّ
زَيْدًا بِالْبَابِ atau
خَرَجْتُ فَإِذَا أَنَّ زَيْدًا بِالْبَابِ
2. Berdampingan dengan fa’ jaza’ (balasan)
Contoh : فَإِنَّهُ
غَفُوْرٌرَحِيْمٌ
Sebagai jaza’ dari :
مَنْ عَمِلَ مِنْكُمْ سُوْءًا بِجَهَالَةً ثُمَّ
تَابَ مِنْ بَعْدِهِ وَأَصْلَحَ
3. Setelah حَتَّى
Contoh : مَرِضَ زَيْدٌ حَتَّى
أَنَّهُمْ لاَيَرْجُوْنَهُ
4. Setelah lafadz لاَجَرَمَ
Contoh : لاَجَرَمَ أَنَّ الله
يَعْلَمُ
Daftar Pustaka
Maqosid an-Nahwiyah Alfiyah Ibnu Malik
Tidak ada komentar:
Posting Komentar